Bermula dari rasa penasaran…ada apa dengan ODOJ sehingga menjadikannya topik hangat di dunia maya, saya kemudian secara sengaja tapi tanpa sadar (alias iseng saja) bergabung di sana. Sebelum memutuskan bergabung, saya pikir ini komunitas biasa yang berisi ajakan tilawah sehari 1 juz. Tilawah 1 juz sehari pada saat itu adalah sebuah hal luar biasa mengingat kebiasaan saya hanya separoh juz saja sehari. Tapi, karena dilakukan tanpa sadar, saya tidak memikirkan kesulitannya toh nanti kalau tak sanggup saya bisa ungroup. Lalu dimulailah tarbiyah itu.
Tarbiyah paling awal adalah menumbuhkan kebiasaan ber-ODOJ. Di sini saya belajar lagi tentang manajemen waktu dan disiplin. Karena niat saya adalah istiqomah ber-ODOJ, maka saya harus sungguh-sungguh menerapkan kedua hal tsb. Tanpa manajemen waktu yang baik, meski hanya 1 jam, tilawah tidak akan selesai. Dan tanpa disiplin, maka kebiasaan baik yang baru tumbuh akan cepat luruh. Alhamdulillah, di ODOJ banyak saudara seperjuangan yang juga masih sama-sama belajar. Tak ada yang merasa paling hebat meskipun ternyata sebelumnya sudah rutin ber-ODOJ. Oh ya, di sini kami juga belajar utk selalu mengikhlaskan niat dan menekan rasa ujub dan riya’. Ini juga sebuah bentuk pembelajaran buatku. Jadi, kalau ada yang mengatakan bahwa bergabung di ODOJ itu menimbulkan riya’ dan ujub, bisa jadi memang, tapi rasanya apapun amalan yang kita rasa baik bisa berpotensi memunculkan kedua rasa itu, tak hanya di ODOJ.
Bentuk-bentuk tarbiyah lainnya saya dapatkan ketika mendapat tugas sebagai PJH alias penanggung jawab harian. PJH bertugas memonitor tilawah grup dan memberikan semangat kepada sesama member. Untungnya, saat itu ada admin yang meringankan tugas itu dan membantu tugas PJH. Menjadi PJH membuat saya mendapatkan pengalaman manajerial. PJH harus selalu online untuk memperbarui laporan dan aktif mengingatkan member yang belum laporan. Di sini juga saya belajar berkorban, selain korban pulsa, juga berkorban waktu dan pikiran. Tidak masalah karena semua bisa diatasi insyaAllah.
Ternyata ODOJ lebih dari itu. Setelah bergabung lebih dari 1 tahun saya mendapatkan banyak pelajaran dan pengalaman. Setelah saya diberi amanah menjadi admin grup, pembelajaran baru pun dimulai. Mulai dari pelajaran tentang menjalin persaudaraan, berbaik sangka, berpikir positif, menumbuhkan dan membagikan semangat, bersabar, mengalah, berkorban, hingga kepemimpinan. Tugas sebagai admin tidaklah mudah dan menyita waktu. Jadi, saya harus pandai mengatur prioritas dengan tetap menyelesaikan semua kewajiban saya yang lain. Adakalanya saya ingin melepas amanah ini apalagi jika grup sedang dalam kondisi tidak baik misalnya karena tidak seluruhnya selesai 1 juz, member yang tiba-tiba menghilang, member yang acuh dengan grup, dsb. Kalau saja bukan karena diniatkan sebagai ladang amal, amanah ini akan saya tinggalkan. Saya tetap berada di posisi ini karena saya ingin ada yang bisa jadi pemberat amalan saya di akhirat nanti, juga karena saya merasa masih dibutuhkan. Tekad saya adalah menjadi orang terakhir yang ada di grup apapun kondisinya.
Salam ukhuwah,